Cerpen ini menjadi pemenang harapan pada lomba CERPEN ANAK OLEH GURU 2013.
Sumber Foto: Buku- Kantong Bolong Pak Wong- Pustaka Ola, 2013
Kelas
kami kalah lagi. Pemenang lomba kebersihan kelas minggu ini adalah kelas 6. Lagi-lagi
mereka. Setiap minggu selalu kelas mereka yang langganan jadi juara. Aku dan
teman sekelasku jadi jengkel. Padahal kami sudah berusaha membersihkan kelas
sebelum tim penilai memeriksanya.
“Kita
harus lebih giat lagi membersihkan kelas ini biar menang,” seru Vino, ketua
kelas 5, memberikan semangat.
“Kita
sudah berusaha, tapi tetap saja kita kalah,” keluhku tak bersemangat.
“Iya,
Vin. Mungkin sudah takdir kita kalah melulu. Hihi....” timpal Dodi dengan
cueknya. Ia memang suka melempar joke-joke lucu.
“Selama
ini, kan, kita hanya membersihkan kelas bila tim penilai mau masuk. Bisa saja dewan
guru menilainya setiap hari tanpa sepengetahuan kita,” ujar Vino lagi.
Tak
lama, Bu Risa wali kelas kami masuk. Kami pun duduk rapi di tempat
masing-masing. Walau kecewa dengan pengumuman tadi, namun Bu Risa tetap
menghibur kami. Kata beliau, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Pelajaran pun di mulai,
semua anak mengikutinya dengan tertib. Walau sebenarnya kami tak sepenuhnya
konsentrasi pada pelajaran pagi ini.
“Anak-anak,
besok tolong bawa bekas botol air mineral ke sekolah dan langsung di kasih nama,
ya,” kata Bu Risa sebelum bel istirahat berbunyi.
“Untuk
apa, Bu?” tanya Vino.
“Besok
akan ibu jelaskan, yang penting semua anak harus membawanya,” ujar bu Risa sekali
lagi.
Ke
esokan harinya, aku dan teman-teman membawa botol seperti yang Bu Risa bilang. Botol
punyaku ternyata lebih besar dari yang lain. Ukuran satu liter. Kertas
bertuliskan namaku “RADIT ADITYA” juga sudah ku tempel dengan selotip di sisi
botol.
Aku
dan teman-teman menebak-nebak kira-kira botol ini untuk apa? Ada yang menebak
ingin dibuat pot bunga, hiasan dinding, mobil-mobilan, terompet. Dodi bahkan
menebak kalau Bu Risa sengaja ngumpulin botol bekas buat dijual ke tukang loak.
Haha...kami tertawa mendengarnya.
Ada-ada saja!
Setelah
bel berbunyi, Bu Risa memasuki kelas dengan wajah penuh senyum. Bu Risa senang
karena semua siswa membawa apa yang dimintanya kemarin.
“Botol
ini untuk tabungan sampah. Kalian harus mengisinya dengan sampah-sampah kering yang
kalian temukan di dalam kelas ataupun di lingkungan sekolah ini. Setiap minggu
siapa yang paling banyak tabungannya nanti akan ibu kasih hadiah, berupa novel
anak,” jelas Bu Risa.
Mendengar
ada hadiah, aku dan teman-teman sangat semangat. Tak sabar ingin segera
menabung. Untung aku bawa botol yang besar tadi.
“Program
ini bisa di mulai setelah jam istirahat nanti, tapi kalian jangan curang dan
tak boleh mengambil sampah yang sudah ada dalam kotak sampah,” lanjut Bu Risa.
Setelah
bel istirahat berbunyi aku dan teman-teman tak langsung ke kantin seperti
hari-hari biasanya. Kami langsung berburu sampah. Tempat pertama yang ku cari
adalah laci mejaku sendiri. Eh, kok, banyak sekali potongan-potongan
kertas dan bungkus permen yang tak sempat ku buang ke tong sampah. Langsung saja
ku ambil dan memasukkannya ke dalam botol.
Dodi,
Vino, Risa, Putri tampak berebutan memungut sampah yang ada di lantai dan di
halaman kelas. Aku pun tak mau ketinggalan. Novel anak yang Bu Risa janjikan membuat
kami bersemangat.
Hari
ke empat program ini berjalan botolku sudah hampir penuh. Kata Bu Risa, kalau
sudah penuh boleh membawa botol yang baru lagi. Aku sudah membawa botol
cadangan di dalam tas. Dodi dan Vino ternyata juga membawa botol cadangan.
Kami berburu sampah tak hanya di sekitar kelas
5 saja, tetapi juga di kantin, depan kantor guru, depan kelas lain, lapangan
olah raga, ataupun taman sekolah. Semua berlomba biar bisa menang.
“Aduh,
kok, enggak ada sampah lagi, ya,” keluh Vino yang celengukkan melihat-lihat ke
bawah meja dan lacinya.
“Iya,
padahal tabunganku belum banyak. Bisa-bisa enggak menang nih, kalah sama Radit”
timpal Dodi mengangkat botolnya yang baru terisi setengah.
“Coba
boleh bawa sampah dari luar atau memungutnya di tong sampah pasti botolku penuh,
nih,” sambung Putri cemberut melihat
botolnya yang hanya terisi seperempatnya.
Aku
gembira sekali. Tabunganku lebih banyak dari teman sekelas yang lain. Tak sabar
rasanya mendengar pengumuman siapa pemenangnya.
Tak
terasa program ini sudah hampir seminggu. Saatnya pengumuman. Sangat sulit
mencari sampah lagi, karena tak ada siswa kelas 5 yang membiarkan ada sampah
tergeletak, langsung di sambar dan masuk ke dalam botol. Botol cadanganku tak
jadi terisi.
Sebelum
pengumuman siapa pemenang tabungan sampah. Setelah ucapara bendera, hari ini
juga akan di umumkan oleh Pak Andi, Kepala sekolah kami, siapa pemenang lomba
kebersihan kelas minggu ini. Hup...saking
bersemangatnya dengan lomba tabungan sampah, kami jadi lupa dengan lomba
kebersihan kelas ini. Padahal kami ingin menang juga.
“Pemenang
lomba kebersihan kelas minggu ini adalah kelas 5,”
Yei...kami sekelas bersorak-sorak
gembira. Tak menyangka, ternyata kelas kami bisa menang juga. Namun, ketua
kelas 6 langsung menanyakan alasannya kenapa kelas kami bisa jadi juara. Karena
kelas 5 dan 6 sama-sama bersih.
“Selain
kelas mereka yang jauh lebih bersih sekarang, anak-anak kelas 5 juga sangat
rajin. Mereka tak hanya memungut sampah yang ada di sekitar kelas mereka, namun
juga di kantin, kantor guru, lapangan upacara, dan sudut-sudut lain di sekolah
ini. Itu adalah nilai plus buat mereka...,” jelas Pak Andi. Kami sekelas
bertepuk tangan atas pujian Pak Andi.
Wajah
Bu Risa sangat gembira ketika memasuki kelas. Kami pun juga tak kalah bahagia
setelah mendapat paket hadiah dari Pak Andi di lapangan tadi.
“Selamat untuk kalian, akhirnya kelas ini jadi
juara lomba kebersihan minggu ini,” kata Bu Risa tersenyum lembut.
Semua anak deg-degan dan sudah tak sabar
menanti siapa pemenang lomba tabungan sampah hari ini. Aku benar-benar kagum
pada Bu Risa. Program tabungan sampahnya berhasil. Secara tidak langsung Bu
Risa mengajarkan pada kami agar selalu menjaga kebersihan dan membuang sampah
pada tempatnya, juga agar peduli pada lingkungan sekitar. Suatu hari nanti, aku
juga ingin jadi guru yang kreatif seperti Bu Risa.
“Pemenangnya adalah
Radit Aditya...”
Glek! Aku terkesiap
namaku disebut. Walau aku sudah menduga akan menjadi pemenang tabungan sampah
ini.
0 komentar:
Post a Comment