Tuesday, November 10, 2015

Tabungan Sampah- Pemenang Harapan Lomba Cerpen Anak Bobo



 Cerpen ini menjadi pemenang harapan pada lomba CERPEN ANAK OLEH GURU 2013.

 

     Sumber Foto: Buku- Kantong Bolong Pak Wong- Pustaka Ola, 2013


            Kelas kami kalah lagi. Pemenang lomba kebersihan kelas minggu ini adalah kelas 6. Lagi-lagi mereka. Setiap minggu selalu kelas mereka yang langganan jadi juara. Aku dan teman sekelasku jadi jengkel. Padahal kami sudah berusaha membersihkan kelas sebelum tim penilai memeriksanya.
            “Kita harus lebih giat lagi membersihkan kelas ini biar menang,” seru Vino, ketua kelas 5, memberikan semangat.
            “Kita sudah berusaha, tapi tetap saja kita kalah,” keluhku tak bersemangat.
            “Iya, Vin. Mungkin sudah takdir kita kalah melulu. Hihi....” timpal Dodi dengan cueknya. Ia memang suka melempar joke-joke lucu.
            “Selama ini, kan, kita hanya membersihkan kelas bila tim penilai mau masuk. Bisa saja dewan guru menilainya setiap hari tanpa sepengetahuan kita,” ujar Vino lagi.
            Tak lama, Bu Risa wali kelas kami masuk. Kami pun duduk rapi di tempat masing-masing. Walau kecewa dengan pengumuman tadi, namun Bu Risa tetap menghibur kami. Kata beliau, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Pelajaran pun di mulai, semua anak mengikutinya dengan tertib. Walau sebenarnya kami tak sepenuhnya konsentrasi pada pelajaran pagi ini.
            “Anak-anak, besok tolong bawa bekas botol air mineral ke sekolah dan langsung di kasih nama, ya,” kata Bu Risa sebelum bel istirahat berbunyi.
            “Untuk apa, Bu?” tanya Vino.
            “Besok akan ibu jelaskan, yang penting semua anak harus membawanya,” ujar bu Risa sekali lagi.
            Ke esokan harinya, aku dan teman-teman membawa botol seperti yang Bu Risa bilang. Botol punyaku ternyata lebih besar dari yang lain. Ukuran satu liter. Kertas bertuliskan namaku “RADIT ADITYA” juga sudah ku tempel dengan selotip di sisi botol.
            Aku dan teman-teman menebak-nebak kira-kira botol ini untuk apa? Ada yang menebak ingin dibuat pot bunga, hiasan dinding, mobil-mobilan, terompet. Dodi bahkan menebak kalau Bu Risa sengaja ngumpulin botol bekas buat dijual ke tukang loak. Haha...kami tertawa mendengarnya. Ada-ada saja!
            Setelah bel berbunyi, Bu Risa memasuki kelas dengan wajah penuh senyum. Bu Risa senang karena semua siswa membawa apa yang dimintanya kemarin.
            “Botol ini untuk tabungan sampah. Kalian harus mengisinya dengan sampah-sampah kering yang kalian temukan di dalam kelas ataupun di lingkungan sekolah ini. Setiap minggu siapa yang paling banyak tabungannya nanti akan ibu kasih hadiah, berupa novel anak,” jelas Bu Risa.
            Mendengar ada hadiah, aku dan teman-teman sangat semangat. Tak sabar ingin segera menabung. Untung aku bawa botol yang besar tadi.
            “Program ini bisa di mulai setelah jam istirahat nanti, tapi kalian jangan curang dan tak boleh mengambil sampah yang sudah ada dalam kotak sampah,” lanjut Bu Risa.
            Setelah bel istirahat berbunyi aku dan teman-teman tak langsung ke kantin seperti hari-hari biasanya. Kami langsung berburu sampah. Tempat pertama yang ku cari adalah laci mejaku sendiri. Eh, kok, banyak sekali potongan-potongan kertas dan bungkus permen yang tak sempat ku buang ke tong sampah. Langsung saja ku ambil dan memasukkannya ke dalam botol.
            Dodi, Vino, Risa, Putri tampak berebutan memungut sampah yang ada di lantai dan di halaman kelas. Aku pun tak mau ketinggalan. Novel anak yang Bu Risa janjikan membuat kami bersemangat.
            Hari ke empat program ini berjalan botolku sudah hampir penuh. Kata Bu Risa, kalau sudah penuh boleh membawa botol yang baru lagi. Aku sudah membawa botol cadangan di dalam tas. Dodi dan Vino ternyata juga membawa botol cadangan.
 Kami berburu sampah tak hanya di sekitar kelas 5 saja, tetapi juga di kantin, depan kantor guru, depan kelas lain, lapangan olah raga, ataupun taman sekolah. Semua berlomba biar bisa menang.
            “Aduh, kok, enggak ada sampah lagi, ya,” keluh Vino yang celengukkan melihat-lihat ke bawah meja dan lacinya.
            “Iya, padahal tabunganku belum banyak. Bisa-bisa enggak menang nih, kalah sama Radit” timpal Dodi mengangkat botolnya yang baru terisi setengah.
            “Coba boleh bawa sampah dari luar atau memungutnya di tong sampah pasti botolku penuh, nih,” sambung Putri cemberut melihat botolnya yang hanya terisi seperempatnya.
            Aku gembira sekali. Tabunganku lebih banyak dari teman sekelas yang lain. Tak sabar rasanya mendengar pengumuman siapa pemenangnya.
            Tak terasa program ini sudah hampir seminggu. Saatnya pengumuman. Sangat sulit mencari sampah lagi, karena tak ada siswa kelas 5 yang membiarkan ada sampah tergeletak, langsung di sambar dan masuk ke dalam botol. Botol cadanganku tak jadi terisi.
            Sebelum pengumuman siapa pemenang tabungan sampah. Setelah ucapara bendera, hari ini juga akan di umumkan oleh Pak Andi, Kepala sekolah kami, siapa pemenang lomba kebersihan kelas minggu ini. Hup...saking bersemangatnya dengan lomba tabungan sampah, kami jadi lupa dengan lomba kebersihan kelas ini. Padahal kami ingin menang juga.
            “Pemenang lomba kebersihan kelas minggu ini adalah kelas 5,”
            Yei...kami sekelas bersorak-sorak gembira. Tak menyangka, ternyata kelas kami bisa menang juga. Namun, ketua kelas 6 langsung menanyakan alasannya kenapa kelas kami bisa jadi juara. Karena kelas 5 dan 6 sama-sama bersih.
            “Selain kelas mereka yang jauh lebih bersih sekarang, anak-anak kelas 5 juga sangat rajin. Mereka tak hanya memungut sampah yang ada di sekitar kelas mereka, namun juga di kantin, kantor guru, lapangan upacara, dan sudut-sudut lain di sekolah ini. Itu adalah nilai plus buat mereka...,” jelas Pak Andi. Kami sekelas bertepuk tangan atas pujian Pak Andi.
            Wajah Bu Risa sangat gembira ketika memasuki kelas. Kami pun juga tak kalah bahagia setelah mendapat paket hadiah dari Pak Andi di lapangan tadi.
 “Selamat untuk kalian, akhirnya kelas ini jadi juara lomba kebersihan minggu ini,” kata  Bu Risa tersenyum lembut.
 Semua anak deg-degan dan sudah tak sabar menanti siapa pemenang lomba tabungan sampah hari ini. Aku benar-benar kagum pada Bu Risa. Program tabungan sampahnya berhasil. Secara tidak langsung Bu Risa mengajarkan pada kami agar selalu menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya, juga agar peduli pada lingkungan sekitar. Suatu hari nanti, aku juga ingin jadi guru yang kreatif seperti Bu Risa.
“Pemenangnya adalah Radit Aditya...”
Glek! Aku terkesiap namaku disebut. Walau aku sudah menduga akan menjadi pemenang tabungan sampah ini.

Tabungan Sampah- Pemenang Harapan Lomba Cerpen Anak Bobo Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Saleh Khana

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.