Resensi ini dimuat di Harian Radar Surabaya, 02 Nopember 2015
Judul
Buku : Whatever
You Think, Think The Opposite
Penulis : Paul Arden
Penerbit : Gramedia
Tahun : I, 2015
Tebal : 143 halaman.
ISBN : 978-602-03-19339
Penulis : Paul Arden
Penerbit : Gramedia
Tahun : I, 2015
Tebal : 143 halaman.
ISBN : 978-602-03-19339
Ada
saatnya kepala kita mentok dalam berpikir, sehingga kita tidak bisa lagi
memikirkan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang kita
hadapi. Kepala terasa pusing dan kemudian berubah menjadi stress. Ketika itu
terjadi, disaat semua langkah sudah terasa mati, maka itulah saatnya kita
berpikir sebaliknya. Kita sebenarnya memiliki kekuatan luar biasa dari membuat
sebuah keputusan yang dianggap orang lain buruk, berbahaya, dan penuh risiko.
Buku
ini mengajak kita untuk berpikir berbeda dari yang pernah dipikirkan orang
lain, kita di ajak untuk mencari jalan keluar dari masalah dengan cara yang
berbeda. Contohnya Dick Fosbury, ia
adalah seorang atlet lompat tinggi. Dick berhasil melompat setinggi 2,25 meter.
Padahal, sampai Olimpiade Meksiko 1968, semua atlet loncat tinggi dunia tidak
pernah melompat melebihi 1, 73 meter.
Apa
yang dilakukan Dick sehinggga berhasil memecah rekor lompatan tertinggi dunia
kala itu? Ia melakukan lompatan yang berkebalikan dari atlet lain. Dick
melewati mistar dengan posisi punggung di bawah membelakangi mistar, sedangkan
atlet lain dengan muka menghadap mistar. Dan, gaya Dick dalam melompat itulah
yang kini digunakan seluruh atlet loncat tinggi dunia dengan nama Fosbury Plop
(Lompatan Fosbury). Contoh ini hanyalah satu teknik dalam berpikir, tetapi
teknik untuk berpikir di sini menjadi teknik untuk melompat, mengubah satu
lompatan menjadi keberhasilan. (halaman 9).
Pada
tahun 1881, George Eastman juga berpikiran seperti Dick, ia mengambil keputusan
yang menurut orang lain adalah sebuah kesalahan besar. Eastman rela
meninggalkan pekerjaannya yang aman pada sebuah bank lokal demi memulai usaha
di bidang fotografi. Bagian menariknya adalah, tujuh tahun kemudian ia mengubah
nama perusahaannya menjadi ‘Kodak’. Sebuah pemilihan nama yang aneh karena
menurut orang lain nama itu tidak memiliki makna apa-apa dan pada masa itu
tidak seorang pun memberi nama yang terkesan acak untuk produk-produk serius.
Hasilnya
dapat kita lihat sampai sekarang, Kodak menjadi salah satu perusahaan fotografi
besar dunia. Alasan Eastman memilih nama tersebut adalah karena nama itu
singkat, tidak mungkin salah diucapkan, dan juga tidak dapat diasosiasikan
dengan hal-hal lain. Sampai sekarang pun, korporasi-korporasi tidak dapat
berpikir demikian, hanya para entrepreneur yang bisa. (halaman 14-15).
Orang-orang yang menciptakan karya yang ditiru
oleh orang lain yang mencoba mengikuti tren melakukan hal yang sama sekali
berlawanan dengan tren. Mereka menciptakan sesuatu yang tidak keren, yang tidak
sesuai masa, yang keliru. Ide-ide orisinil diciptakan oleh orang-orang
orisinil, orang-orang yang berkat dorongan hati ataupun wawasan mengetahui
keuntungan menjadi berbeda dan menganggap kelumrahan sebagai sesuatu yang
berbahaya.
Pada
awal tahun 1970-an, Vivien Westwood dan
Malcolm McLaren membuka sebuah toko busana. Busana-busana yang ditampilkan di
sana tiga puluh lima tahun mendahului masanya. Pakaian-pakaian itu tidak dapat
dikenakan dan dibeli pada waktu itu. Sederhananya toko itu aneh. Tak lama
kemudian toko itu tutup. Apakah keputusan mereka berpikir sebaliknya dari orang
lain salah?
Seandainya mereka tidak
cukup berani dan bersemangat dalam melakukannya, Westwood mungkin tidak akan
pernah menjadi desainer yang paling dihormati, dan McLaren tidak akan pernah
membentuk grup band Sex Pintols. (halaman 18-19).
Banyak
sekali dari kita yang menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menyempurnakan
sesuatu sebelum kita benar-benar mencoba dan melakukannya. Ketimbang menanti
sesuatu itu menjadi sempurna, lebih baik kita mengerjakan apa yang kita miliki
dan perbaikinya sambil jalan.
Whatever
You Think, Think The Opposite mencoba memberikan kita dorongan dan rasa
percaya diri untuk mengambil risiko serta menikmati pekerjaan kita lebih dari
yang dapat kita bayangkan. Jika kita tidak pernah mencobanya, maka kita tidak
akan pernah tahu bahwa berpikir sebaliknya dari orang lain adalah sebuah
keuntungan.
0 komentar:
Post a Comment